Wednesday 28 August 2013

Silaturahim salah kaprah

Bismillahirrohmanirrohim
Assalamualaikum wr wb

Putus hubungan sama mantan bukan berarti ga kontak sama sekali, memutuskan hubungan silaturrahmi dosa besar tau!!

kalimat diatas sering banget kita dengar, ditambah lagi denger hadis sahih "Tidak masuk surga orang yang memutuskan tali silaturahim".

Buat aku yang jealousy stadium akut hadis di atas sangat-sangat menganggu egoku. Apalagi kalo ngeliat mantan2 doi yang masih menyapa dengan panggilan kesayangan jaman muda dulu. Pasti aku langsung mengeluarkan fatwa haram untuk kontak-kontak lagi dengan perempuan-perempuan itu.

Dilema banget buat aku kalo lagi denger-denger ceramah agama, trus ustad mengucapkan hadis di atas. Ga boleh masuk surga atau harus cabut fatwa haram itu, Fiuuhhhh...
Terus terang aku ga rela mencabut fatwa itu
tapi aku ga rela juga gara-gara fatwa itu ga boleh masuk surga karena udah mutusin hubungan silaturahmi doi dengan mantan-mantannya.

Ternyata dilema yang aku alami hanya karena aku dangkal ilmu aja alias salah kaprah.
Ga ada tuh yang namanya tali silaturahmi sama mantan. Yang ada juga pacaran tuh yang haram.
Silaturahim berasal dari gabungan dua kata shilah dan rahim
Shilah berasal dari bahasa arab yang artinya hubungan dan rahim artinya peranakan (rahim), kekerabatan yang masih ada pertalian darah atau dari hubungan penikahan.

Jadi yang mutusin silaturahim yang ga bisa masuk surga itu, hanya untuk orang yang mutusin hubungan kekerabatan yang ada hubungan darah atau pernikahan. Dan orang yang bisa menjalin hubungan silaturahim dengan saudara yang sudah buruk hubungannya akan mendapatkan surga, ada satu hadis yang menjelaskan bahkan lebih besar daripada pahala jihad.

Nah kalo dengan mantan-mantan mending ga usah dijalin-jalin ya kalo ga ada niatan mau dikawinin. alih-alih masuk surga justru bisa masuk neraka karena menjurus ke zina hati.

Alhamdulillah dilema aku selama ini udah beres dengan penjelasan diatas. Ilmu memang harus dituntut agar bebas dari gundah gulana. Semoga bermanfaat, Aamiin ;)

Wassalamualaikum wr wb

Sunday 18 August 2013

Itung-itungan dengan Allah (Me VS Mbah Sudjiwotedjo)

Bismillahirrohmanirrohim
Assalamualaikum wr wb

Mbah sudjiwotedjo...
Udah lama aku mendengar nama beliau, tapi aku baru mengenalnya, mengenal pemikirannya saat kampanye Pemilu lalu. Beliau diundang liputan 6 pagi SCTV sebagai nara sumber. Aku kagum dengan pemikirannya yang lebih mendukung JK and say no to SBY. Kata-katanya toh terbukti sekarang hehe..

Aku menobatkan beliau sebagai tokoh anti kemunafikan yang emang udah mendarah daging dan bikin muak di negeri ini. Beliau memang antik, berani mengungkapkan secara lantang dan lugas membongkar kemunafikan.

Memang tutur katanya nyablak dan bagi masyarakat yang menjunjung tinggi budi bahasa terasa kurang sopan. Tapi buat aku beliau jauh-jauh lebih aku kagumi daripada para petinggi yang ngomongin soal akhlak saat memimpin upacara ehhh di belakang malah manggil artis ke kamar hotelnya yang dibayar pake uang rakyat.

Then apakah dengan begitu beliau berarti lebih baik daripada tokoh yang berkata sopan dan bener amal perbuatannya? misalnya bila dibandingkan dengan Alm. Buya Hamka atau Alm. Houtman Zainal Arifin?

Tentunya dua tokoh tersebut jauh lebih aku kagumi daripada Mbah Sudjiwotedjo.

Hari ini si Mbah mengkritisi ustad yang mengajarkan itung-itungan dengan Allah di twitterland. Mungkin pendapat si Mbah bener buat orang yang level pemahaman agamanya udah tinggi kayak ma'rifat, tarekat, tasawuf, sufi dll.  Tapi buat level kita-kita masyarakat awam (IQ melati : minjem istilah si Mbah) yang sariat aja belom bener gimana mungkin menelan ajaran yang lebih high level itu (bisa jadi gilla).

Kalo dibilang solat ini dapet segini then solat segitu dapet segitu ajaran yang ga bener. Gimana dengan ajaran Kanjeng Rosul yang menganjurkan solat Istikharah saat bingung memilih, solat Istiqa untuk minta hujan, solat Dhuha untuk minta rezeki, apakah semua itu salah?

Sedekah segini dapet segini persen, sedekah segitu dapet segitu persen toh ada tertulis secara explisit di dalam Al-Quran. Sedangkan udah dijanjikan sama Allah aja masih banyak manusia yang bakhil kok. Apalagi ngarep mereka sedekah semata-mata karena Allah.

Pernahkah kita bayangkan berapa jumlah anak yatim yang terpelihara? berapa banyak saudara-saudara kita yang fakir miskin terbantu, janda-janda tua yg tersenyum hasil dari da'wah ustad-ustad yang katanya mengajari itung-itungan dengan Allah?

Karena aku pernah merasakan hidup sangat susah dan ngerasa bisa sekolah karena bantuan orang lain. Aku pernah merasa sangat-sangat dermawan hingga dengan sombongnya ngerasa ga perlu ngarep balasan dari Allah, semata-mata hanya karena rasa syukur. Belakangan aku sadar bahwa Allah menyukai orang yang berdoa dan membenci kesombongan orang yang ga mau berdoa. Doa = ngarep or minta kan?

Tapi setelah mendengar dakwah dari ustad-ustad itu ternyata yang kita keluarkan karena ngarep balasan Allah bisa jauh lebih besar daripada cuma karena rasa syukur. Meskipun balasan yang dijanjikan blom kunjung masuk ke rekening kita, apakah tidak pantas kita bersyukur masih diberi nyawa, waktu, organ tubuh, oksigen, keluarga, pemandangan yang jika kita menghitung harganya kita akan malu bila membandingkan dengan sedekah kita yang seupil itu. Ditambah lagi yang seupil itu akan menjadi simpanan buat menghapus dosa-dosa kita setelah kita mati, bahkan bila masih dimanfaatkan akan tetap mengalirkan pahala setelah kita mati.

Semuanya butuh proses, bila si Mbah bisa mengajak orang-orang untuk beribadah, bersedekah, membantu sesama dengan ajaran yang tanpa itung-itungan silahkan, tapi menurutku ga perlu mengkritisi dakwah ustad-ustad yang sudah terbukti sedikit-sedikit menghapus sifat-sifat bakhil yang ada pada umat dan sudah membawa kemaslahatan bagi masyarakat banyak.

Peace Mbah heuheuheu...

Wassalamualaikum wr wb


Saturday 17 August 2013

Mempermalukan orang lain di depan umum

Assalamualaikum wr wb
Bismillahirrohmanirrohim..

Dulu zaman SMA aku ga sengaja dari dalam taxi pernah ngeliat kakak kelasku yang macarin adik kelasnya, mukul kepala ceweknya itu di pinggir jalan. Si cewek emang jadi keliatan bego, dan si cowok jadi kelihatan menjijikkan. Sejak saat itu sang kakak kelas yang notabene terkenal sebagai murid yang baik, rapih, ramah dan pinter pengen aku jitak setiap papasan dengan dia. Tak lama berselang terdengar kabar dari teman-temannya yang dia udah putus dan pengen deketin aku. WHATTT!!! bisa-bisa kepalanya pitak semua bekas benjolan abis aku jitak hahhaha...

Zaman kuliah aku pernah dipermalukan oleh seorang sahabat dekat di kelas. dan itu menyakitkan kawan. Aku emang udah maafin dia hari itu juga. tapi untuk bersahabat seperti biasanya, maaf aja. Hatiku berdarah-darah teman. kalau saja kau menamparku di dalam ruangan yang hanya ada kita berdua, mungkin akan lebih mudah bagiku untuk membina hubungan kita seperti semula. akhirnya setelah sepuluh tahun berlalu aku baru bisa sedikit bercanda dengan dia hihi... aku bukan pendendam, tapi pemendam.

Aku juga pernah dipermalukan atasanku di depan teman-teman sekantor, memang tidak menyebut nama. Tapi yang disindir jelas aku and only me. But its ok jendral!! coz u mean nothing for me. dirimu ga terlalu berarti buat aku hingga kau pikir bisa nyakitin perasaan aku. Ada dan tiada dirimu ga akan mempengaruhi perasaanku hehehe..

Aku berfikir, kalau kalau orang lain atau sahabat mempermalukan kita, bisa aja kita langsung ngacir menjauhi mereka. Bagaimana nasib istri atau suami yang dipermalukan pasangan di depan umum. Mungkin ketika di pasar kita sering melihat adegan ini. biasanya di toko yang dikelola oleh sepasang suami istri, ga jarang kita dengar salah seorang berteriak pada yang lainnya hanya karena geraknya lambat, atau tak menemukan barang yang disuruh cari.

Pernah waktu makan di sebuah Mall suaminya sibuk ngomelin istrinya karena istrinya lambat nyamperin serombongan calon pelanggan sehingga membuat pelanggannya kabur. Padahal aku lihat waktu itu pelanggan sedang ramai, istrinya merangkap jadi kasir dan pelayan yang mengantar makanan sedangkan suaminya cuma mandorin aja bolak-balik then sibuk nyamperin istrinya trus ngomel-ngomel. Aku sampe ngabur takut anak-anakku nonton adegan yang ga layak itu.

Yang jadi pertanyaan gimana pasangan suami istri itu  menjalani hubungannya di rumah? apakah tetap mesra? romantis? bahagia? bagaimana dengan anak-anaknya? akankah terlahir anak-anak soleh dan solehah dari rumah yang mempertontonkan ketegangan urat leher dan tetesan air mata?

Astaghfirullah...
Semoga kita termasuk golongan yang selalu berusaha menjaga harga diri orang-orang terkasih dan siapapun di depan umum. Aamiin YRA.