Wednesday 9 January 2013

Cinta tapi Beda VS Minang dan Islam

Bismillahirrohmanirrohim
Assalamualaikum wr wb

Beberapa hari ini di twitter ada ribut-ribut film Cinta tapi Beda. Katanya film ini melecehkan atau menghina adat Minang. Heishhh,,, sebagai seorang yang dialiri 100% darah Minang aku ngerasa tertarik untuk mengetahui apa sih masalahnya. Meskipun kata pamanku aku ini anak Minang salah asuhan karena tidak bisa ngomong bahasa Padang ehehe..

Ternyata oh ternyata...
Aku memang blom nonton filmnya tapi setelah baca ini http://chirpstory.com/li/45221 kultwit dari Uni @Fahiraidris ga nontonpun bisa menangkap pesan dari film itu. 
Aku sepakat dengan Uni, film ini memang keterlaluan, sangat menyesatkan.
Kalo pendapatku film ini bertujuan untuk mencuci otak abg abg labil yang dimabuk cinta.
Secara getho loh.. aku kan dulu pernah abg juga :D .
Kalo menurut Uni Fahira film ini adalah film pesanan. Kalo memang benar pesanan, firasatku pemesannya sama dengan pemesan film Perempuan Berkalung Sorban.
Intinya tujuan mereka adalah memprovokasi remaja dan pemuda untuk berontak apa-apa yang yang sudah ditetapkan dalam ajaran agama atas nama cinta.
Jadi agamalah yang membuat mereka menderita dan cinta mereka terpasung oleh agama dan orang tua. Jadi pelaku cinta sah menjadi korban yang teraniaya dan membawa penonton untuk membela mereka.

Film yang menggiring seorang anak untuk melawan aturan orang tua demi cinta.
Film yang menggiring seorang hamba untuk berontak pada Tuhannya demi cinta.

Aku pernah membaca kalau di daerah jawa ga sedikit keluarga yang hidup dalam satu rumah berbeda keyakinan. Ada yang punya kakak Kristen, adik Budha, Abang Islam. Aku juga banyak kenal temen Kristen yang punya sepupu Muslim atau nenek Muslim. Makanya ada yang melabeli jawa sebagai suku paling demokratis.

Tapi aku ga pernah denger orang padang Murtad dan masih diakui keluarganya. Jangankan murtad, menikah beda agama walaupun tidak murtad biasanya udah dibuang. Bahkan aku pernah diwanti-wanti jangan menikah dengan yang berbeda agama walaupun dia bersedia jadi mualaf karena ingin menikahi kita, kecuali udah jadi muallaf sejak lama. Karena ada kisah seorang gadis menikah dengan orang yang bersedia menjadi muallaf untuk menikah, setelah menikah memang kelihatan sangat alim bahkan ibadahnya ngalah-ngalahin kita yang udah islam dari orok, tapi setelah punya anak malah dipaksa ikut ke gereja dan akhirnya diceraikan karena ga nurut ke Gereja.

Bersyukur film ini menjadikan Minang sebagai identitas suku Gadis Katolik itu, sehingga menuai kontroversi dari masyarakat Minang yang memang terkenal konservatif. Bayangkan jika gadis katolik itu adalah dari suku Jawa pastinya tidak ada yang protes. Dan pesan-pesan moral boleh melawan orang tua demi cinta akan lolos. Pesan moral boleh melawan agama demi memperjuangkan cinta juga  akan melenggang kangkung menggerogoti otak muda mudi bangsa kita yang berakhir pada runtuhnya nilai-nilai agama anak-anak kita, ketika lahir bayi dari seorang ibu muslim tidak ada ayah yang bisa mengumandangkan azan ditelinganya. Ketika anak dari ayah muslim tidak ada ibu yang mengajarkan doa makan, tidak ada ibu yang mengajarkan solawat. Dan ketika anak cukup umur diberi hak memilih agama, hanya KTP nya yang beragama karena otaknya udah penuh dengan hal-hal lain. 

Belajar diwaktu kecil bagai mengukir diatas batu
Belajar sesudah dewasa laksana mengukir diatas air

Memang banyak muallaf yang bisa mempelajari tentang Islam dengan cepat, bahkan bisa mengalahkan islam turunan. Tapi ingat itu untuk muallaf yang mencari dan menemukan islam. Bukan untuk muallaf yang harus memilih karena sudah cukup umur untuk memilih salah satu dari agama orang tuanya. 

Disini orang tua dituntut untuk mendidik anak, memberi pemahaman yang jelas tentang agama kepada anak-anaknya agar tau batasan dan tidak kebablasan. Semoga kita sebagai orang tua bisa menjalankan kewajiban itu, Amin YRA.

No comments:

Post a Comment