Friday 21 December 2012

Untuk ibu mertuaku...

Bismillahirrohmanirrohim
Assalamualaikum wr wb

Selamat hari ibu...
Al Fatihah untuk almarhumah ibuku, almarhumah ibu mertuaku, dan ibu di seluruh dunia.

Ga tau kenapa tadi malam aku bermimpi tentang ibu mertuaku.
Pagi ini buka timeline penuh dengan tweet ibu.

Ibu kandungku telah berpulang 10 tahun yang lalu. Buat aku ibu kandungku memang tidak tergantikan. Tapi aku juga pernah merasakan kasih sayang ibu yang diberikan ibu mertuaku selama 3 tahun. Setelah kepergian ibu mertuaku, rasanya memang belum puas dapat kasih sayang ibu meskipun aku juga udah menjadi ibu dari 2 orang anak.

Setelah menikah dengan suamiku, aku memutuskan untuk pindah ke Cirebon. Tinggal di rumah ibu mertuaku, menemani kedua mertuaku dan ditemani mertuaku. Simbiosis mutualisme, karena kerjaan suamiku yang 6 minggu kerja di luar negri, 3 minggu libur.

Ga kusangkal banyak konflik-konflik kecil di awal-awal kepindahanku. Maklumlah, kami dari dua negri yang berbeda. Melayu VS Sunda yang paling gejlog ya masalah bumbu dapur. Masalah lidah yang belum beradaptasi. Sebenarnya bukan masalah kalo aku ini tipe anak yang penurut. Tapi malangnya sifatku ga sebaik itu, aku terlalu kaku dan kepala batu. Tidak bisa mengalah atas apa yang aku anggap lebih benar, tanpa memikirkan perasaan orang tua. Sekarang aku menyesal atas sikapku yang kaku itu. Meskipun dengan berjalannya waktu aku sudah beradaptasi, dan hubunganku dengan mertua sangat harmonis. Tetap saja aku merasa belum puas menyenangkan hati Mamah.

Banyak hal yang aku pelajari dari Mamah, hal yang aku anggap sepele saat Mamah masih ada. Jadi hal yang sangat berarti setelah kepergiannya.

Mamah itu sangat peduli dengan silaturrahmi. Meskipun kepada orang yang ga disukainya dan pernah menyakiti hatinya, tapi tetep aja Mamah peduli. Aku dan Apak yang super cuek ini selalu mengganggap sifat mamah itu berlebihan. Mamah ga pernah lupa dengan desa asalnya di Majalengka. Jika kami ada hajat, sedekah, zakat, kurban atau apalah pasti mamah minta bagian untuk desanya di Majalengka. Kadang kami anak-anaknya menganggap ga perlu sampe jauh-jauh kesana.

Memuliakan tamu. Mamah paling sibuk kalau akan kedatangan tamu. Mau siapa aja, anak sendiri, orang lain atau keluargaku yang mau berkunjung. Pasti mamah stress memikirkan penyambutan. Bahkan ada sodara jauh yang dateng dari Jakarta yang sering bolak-balik ke jawa dan mampir ke rumahnya sendiri. Mamah pasti pusing mikirin sarapannya, makan siangnya, makan malamnya. Padahal kami pikir mereka masih muda, punya mobil, punya uang, bisa aja beli sendiri. Lagi-lagi aku dan apak merasa sikap mamah ini berlebihan. Kami ga masalah ketika memang ada makanan di rumah dan berbagi ke musafir. Yang kami khawatirkan ketika tidak ada ready stock di rumah, dan mamah pusing mikirin mau beli apa. Secara kesehatan mamah juga udah ga prima.

Setelah Mamah meninggal, aku baru merasa manfaat silaturrahim yang mamah jalin itu. Ga berapa lama mamah meninggal, kami pindah ke Kemaman dan ternyata aku ditipu temen kantorku sendiri dan yang menyelamatkan investasi kami yang seharga rumah itu adalah keluarga Mamah yang dari Majalengka yang juga menjabat sebagai atasanku di kantor. Bagaimana jika tidak ada silaturrahmi? Dan ujug-ujug minta tolong jika ada masalah aja, trus ngaku sebagai keluarga?

Memulaiakan tamu itu adalah akhlak mulia. Mau disebut apa kita jika tidak memuliakan tamu? Jahiliyah? Sedangkan pada zaman jahiliyah sendiri, orang-orang jahil itu sudah memiliki akhlak memulaikan tamu. Kadang kita yang sudah hidup di zaman modern ini, saking sibuknya lupa bagaimana caranya memuliakan tamu. 
Kita? 
Lo aja kali! 
Ya deh aku ngaku kalo aku ini super cuek. Dan aku janji akan berubah. 
*mulai hunting kasur untuk tamu yang dateng besok*
semoga aku bisa menjadi tuan rumah terbaik untuk 11 orang tamu yang datang akhir tahun ini Amin YRA.

No comments:

Post a Comment